Di bulan suci
Ramadhan seorang suami yang baru pulang dari kantor membantu istri memasak
untuk berbuka, istrinya melihat suami yang telah seharian bekerja namun juga
kerepotan ikut membantu istri di dapur. “Mas, istirahat dulu aja.” Suami
menjawab, “Rasulullah aja selalu membantu tugas istri beliau, Kalo saya
membantu istri memasak belum sebanding dengan apa yang telah dilakukan
Rasulullah.” Mata mereka berpandangan. Suami tersenyum manis dan istri tersipu
malu dibuatnya. Walaupun usia perkawinan mereka telah cukup lama, anak-anak
sudah besar dan dewasa, jika senantiasa disirami dengan kasih sayang dan saling
memahami maka akan selalu ada tunas cinta yang bersemi kembali. Bunga-bunga
bermekaran menebarkan semerbak harum mewangi setelah melewati badai dan
guncangan kehidupan.
Istri bersabar
menghadapi kekurangan suami karena mengingat pengorbanan yang telah dilakukan
suami dalam mengarungi bahtera kehidupan, demikian juga suami selalu bersabar
dalam menghadapi kekurangan istri sebab istrinya nampak anggun nan cantik
dengan keikhlasan dan pengorbanan dalam menjaga bahtera rumah tangga,
sebagaimana Umar Bin Khattab yang menasehati seorang sahabat ketika mengadukan
istrinya yang sangat cerewet sekali. ” Saudaraku, aku bersabar atas sikap
seperti itu, karena hak-haknya padaku. Istri memasakkan makanan, menyucikan
pakaian, menyusui anak-anak dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram
karena aku bersabar atas sikapnya seperti itu.”
Terkadang cinta
dalam keluarga luntur oleh seiring perjalanan panjang, menjadi terasa hambar
dan datar. Ketika pertentangan suami istri tidak menemukan titik temu karena
ego masing-masing akan menggerus simpati dan rasa cinta. Berbagai kelemahan
yang semakin terlihat dipelupuk mata tanpa upaya untuk saling memahami dan
saling mengerti menjadikan rumah tangga kehilangan cinta dan kasih sayang.
Bagaikan jasad tanpa ruh, setiap kata yang terucap menjadi kehilangan makna
bahkan kata telah berubah menjadi senjata untuk saling menyakiti perasaan satu
sama lainnya. Komunikasi semakin hambar terjebak dalam formalitas, berbincang
tentang anak, keluarga besar, saudara, rekening listrik, namun tidak lagi
membahas diri mereka sebagai pasangan suami istri.
Disinilah
dibutuhkan kekuatan di dalam menghadapi permasalahan rumah tangga, kekuatan itu
adalah ketaqwaan kita kepada Allah sehingga terciptanya keluarga sakinah
mawaddah warahmah atau keluarga yang tenteram penuh cinta dan kasih sayang.
Siramilah keluarga anda dengan cinta dan kasih sayang, bangunlah kembali
komunikasi penuh kehangatan agar bunga-bunga bermekaran, menebarkan semerbak
harum mewangi kehidupan. Gunakan cara terindah yang anda miliki untuk membangun
kemesraan dengan pasangan anda. Ungkapkan dengan tulus cinta dan kasih sayang
anda untuk saling mengerti dan saling menguatkan, sampai kemudian pasangan anda
membisikkan kata “Sayang, kenapa aku jatuh cinta lagi padamu?”
–
“Seorang Mukmin yang pale sempurna imannya adalah yang pale baik akhlaknya serta lemah lembut terhadap istrinya.” (HR. Ahmad Tirmidzi).
“Seorang Mukmin yang pale sempurna imannya adalah yang pale baik akhlaknya serta lemah lembut terhadap istrinya.” (HR. Ahmad Tirmidzi).
keyword: cerpen rumah tangga islami, www cerpen islami, kata cinta islami
untuk suami, Kisah perjodohan, cerita rumah tangga islami, cerpen cinta tentang
perjodohan, cerpen islami rumah tangga, contoh kumpulan cerpen qanaah, cerpen
cinta islam, cerita romantis suami istri, kisah suami istri romantis, kisah
romantis suami istri, cerpen romantis suami istri, kumpulan cerpen kehidupan
rumah tangga, cerpen rumah tangga islam, kumpulan cerpen rumah tangga, kumpulan
cerpen cerita kehidupan, cerita suami istri romantis, cerpen perjodohan
romantis, cerita perjodohan romantis, Cerita romantis pasangan suami istri,
kisah romantis perjodohan, cerita suami romantis, cerpen cinta islami
perjodohan, cerpen romantis perjodohan, cerpen islami kegelisahan ku, kisah
cinta suami istri romantis, Cerita romantis sepasang suami istri, cerita suami
tidak romantis, kisah romantis pasangan suami istri
0 komentar:
Posting Komentar