Sabtu, 12 April 2014

Kisah Cinta Ayah Bunda

Diposting oleh Unknown di 07.16


Terkadang pernah terbesit fikir dalam hati ini. Masih adakah kisah layaknya cerita cinta ayah bunda. Mereka dipertemukan bukan karena keinginan nafsu dunia, bukan pula karena keinginan hati semata. Akan tetapi mereka dipertemukan oleh cinta suci karena menginginkan ridlo Ilahi.
Berawal dari sebuah cerita perjalanan seorang pemuda sederhana yang bernama Malik, yang ingin mengamalkan ilmu iyang telah dianugerakan Allah kepadanya. Berujung pada takdir cinta yang begitu indah tanpa dicemari noda nafsu dunia.
Keduanya juga adalah insan biasa, yang tidak pernah tahu siapakah gerangan kelak yang akan dianugerahkan Allah menjadi pendamping hidup mereka. Sampai suatu ketika, secara tak terduga si pemuda sederhana begitu terpesona saat mendapati foto seorang gadis berkerudung jingga terselip di al-Qur’an miliknya.
Kaget, terpesona, rasa caampur aduk yang tak pernah dia rasakan sebelumnya, hingga ia tenggelam dalam lamunannya. Sedetik kemudian dia tersadar, di tahu dia tidak boleh larut dalam lamunan itu. Segera si pemuda beristighfar untuk menenangkan batinnya. Entah siapa yang telah menaruh foto itu, tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Sesaat fikirnya melayang, mencoba menerka siapakah yang telah melakukan hal itu, tetapi kemudian suara deheman yang asing di telinga menyadarkan kembali lamunannnya. Segera si pemuda menoleh ke sumber suara. Pak lek yang juga adalah guru ngaji si pemuda tersenyum di belakangnya.
“Bagaimana? Kamu suka?”
Kaget, ia tak pernah membayangkan sebelumnya. Apa pak leknya yang telah menaruh foto itu? Si pemuda hanya mencoba menerka. Kemudian ia kembali terdiam. Bingung fikirnya tak menentu. Dan tanpa ia sadari, sang guru ngaji telah melihat senyum yang tersungging di bibir si pemuda.
“kalau kamu suka, nanti paklek bantu kamu untu Ta’aruf. Pak lek lihat dia anak yang baik. Dia juga salah satu santrinya bulekmu.”
Hari sabtu yang cerah, peluh masih membasahi gadis desa yang bernama Asih, yang selalu bekerja keras untuk membantu ibunya dalam mempertahankan hidup. Tiba-tiba saja ia dikagetkan dengan datangnya seorang pemuda yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Pemuda itu datang dengan seseorang yang ia tahu adalah suami dari guru ngajinya.
Setelah Asih mempersilahkan ketiga orang itu masuk, dari situ Asih tahu bahwa pemuda yang datang itu adalah keponakan dari guru ngajinya. Setelah berbasa-basi sebentar, Asih ingat bahwa ia sama sekali tidak mempunyai sesuatu untuk disajikan kepada tamu-tamunya. Kemudia Asih pamit ke belakang, setengah berlari ia menuju ke rumah kakak tertuanya. Ia tidak tahu harus bagaimana, masalahnya ia sama sekali tidak menduga akan kedatangan guru ngajinya itu bersama suami dan keponakannya. Akhirnya dengan dibantu sang kakak, Asih yang memang pemalu itu kemudian mengetahui bahwa maksud kedatangan dari pemuda yang ia ketahui bernama Malik itu tidak lain adalah untuk berta’aruf kepada Asih. Malu, sekaligus bingung Asih hanya dapat tersenyum.
Dua bulan setelah pertemuan itu, mereka kemudian melangsungkan akad nikah. Berbagai kendala dapat mereka atasi sehingga akhirnya walaupun dengan sederhana, mereka dapat menempuh kehidupan sebagai pasangan suami isteri. Tahun pertama mereka lalui dengan penuh kebahagiaan dan kedamaian. Tahun kedua mereka semakin lengkap dengan kehadiran si buah hati mungil yang begitu mereka sayangi.
Hidup yang dijalani memang terkadang bertentangan dengan apa yang diinginkan setiap manusia. Layaknya pasangan suami isteri yang lain, rumah tangga keduanya juga mengalami halangan kerikil-kerikil kehidupan yang memang sudah sewajarnya harus mereka lewati. Tidak sedikit pula cobaan dan masalah yang datang menghempas. Akan tetapi, dengan kesabaran dan keikhlasan mencari ridho Allah, Asih tidak putus asa dalam menghadapi cobaan-cobaan dalam hidup suaminya. Ia ingin tetap mendampingi suaminya dalam masa-masa tersulit sekalipun. Ia ingin selalu menjadi wanita cantik kepunyaan Allah swt. wanita cantik yang melukis kekuatan lewat masalahnya, yang tersenyum di saat tertekan, tertawa di saat hati sedang menangis, yang memberkati di saat terhina, yang mempesona karena memaafkan, dan yang mengasihi tanpa pamrih, serta yang bertambah kuat dalam do’a dan juga pengharapannya.
Allah swt. tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuan mereka, semua masalah dan cobaan dapat mereka lewati dengan penuh ketabahan. Hingga kemudian si sulung mempunyai dua orang adik dan beranjak remaja. Kemudian dengan niatan agar si sulung menjadi anak sholihah, akhirnya si sulung pun dikirim ke sebuah pondok pesantren.
Di saat seperti itulah Allah kembali menguji keimanan hamba-Nya. Malik harus bersabar ketika Asih jatuh sakit. Tumor yang tadinya adalah tumor jinak akhirnya justru menjadi kanker yang kemudian juga menyerang syaraf otaknya. Itu semua karena keterlambatan pemeriksaan dan penanganan yang dilakukan pada Asih. Demi kesembuhan istri dan kelangsungan pendidikan buah hatinya, Malik rela bekerja keras siang dan malam, karena masih tidak mencukupi, terpaksa ia harus mencari pinjaman sampai harus menggadaikan rumah mereka. Malik tak peduli sesulit apapun dan sesakit apapun, itu semua juga ia lakukan demi cintanya kepada keluarganya. Malam demi malam mereka hiasi dengan munajat mereka kepada Rabbnya, agar mereka diberikan pertolongan dan kekuatan iman dalam menghadapi segala cobaan.
Lima tahun, Malik menjadi bapak sekaligus ibu bagi ketiga buah hatinya. Asih hanya dapat terbaring lemah, dengan tasbih di tangannya ia mengisi setiap hela nafas yang masih dimilikinya dengan berdzikir mengagungkan Asma-Nya.
Pada akhirnya, Allah swt-lah yang kemudian menentukan kehidupan Malik dan Asih. Tepat pada umur 38 tahun, Asih menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya. Dengan kasih sayang yang selalu dilimpahkan Asih untuk keluarganya, Asih sempan dengan tulus berpesan kepada Malik untuk mencari pengganti dirinya agar keluarganya bahagia.
Perih, hati Malik begitu tersayat apabila ingat saat terakhir ia harus melihat istri yang begitu dicintainya, ibu dari anak-anaknya yang juga masih membutuhkan perhatian. Tapi ia tahu, ia tidak boleh terus larut dalam kesedihan. Ia harus tetap tegar demi buah hati mereka. Ia harus mengikhlaskan Asih, harapannya semoga Asih mendapatan yang terbaik di sisi-Nya. Dan ia juga harus mendidik ketiga buah hatinya agar dapat tumbuh menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah.
Allah, begitu Maha Agung dan Maha Sucimu Engkau. Tak ingin melihat hamba-Nya bersedih, tidak lama kemudian Dia kirimkan pengganti Asih yang begitu dikasihinya, dengan seorang wanita yang cerdas dan begitu menyayangi ketiga buah hatinya layaknya anak kandung. Hingga kina keluarga Malik begitu lengkap dan bahagia.
Satu doa tulus yang tak pernah lupa ia panjatkan dalam setiap munajat dalam malam-malam panjangnya. “Allah... Rabby.... Jagalah ibu dari anak-anak hamba, sayangilah dia, berikanlah yang terbaik untuk dirinya, seperti yang telah engkau berikan yang terbaik dalam kehidupan kami. Amiin....”

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kumpulan Puisi dan Cerpen Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting