SEMPAT
MEMILIKIMU
Penyesalan memang datang di akhir. Begitulah yang dialami Vina, cewek
cantik yang sempat menjadi kekasih Ivan. Ivan adalah cowok yang di kenal Vina
selama setahun terakhir. Awalnya mereka dekat karena Rian pacar resmi Vina di
kabarkan selingkuh dengan teman kampusnya.
Semua kejadian bermula karena Rian jarang ada waktu buat Vina, selalu
beralasan ini itu setiap kali Vina mengajaknya bertemu. Merasa kesepian
akhirnya Vina teringat sosok Ivan teman SMU nya. Dan kebetulan saat Vina online
FB Ivan juga sedang Online, Vina langsung menyapa Ivan via Chat FB.
Vina : temen SMA ku ya?
Ivan : Iya kayakanya.
Vina : Kok kayaknya sih. Kamu dulu anak IPA kan?
Yang agak gendut, matanya sipit? Hehe
Ivan : Iya, kok tau? Aku aja gak inget kamu.
Vina : Aku anak IPS, mankanya jarang ketemu kamu.
Ivan : 0815151xxxxx sms aku aja kalau mau. Udah
mau off nih. Salam kenal lagi aja deh, sory kalau lupa.
Akhirnya malam itu juga Vina langsung sms Ivan, secara memang dulunya
Vina sempat nasksir sama Ivan. Sejak itu mereka mulai dekat, sms dan telfon
setiap hari. 2 bulan saling kenal akhirnya mereka memutuskan untuk jadian.
Mereka susah untuk bertemu, secara Ivan kuliah di Bandung, sedangkan Vina
kuliah di Jakarta. Manggilnya udah gak aku kamu lagi loh.. sekarang manggilnya
sayang-sayangan gitu dech, romantis banget. Hari itu mereka berniat untuk
ketemu.
“Halo, Van mau ketemu jam berapa? Kamu pulang kuliah jam berapa sayang?”
tanya Vina lewat telfon.
“Ketemu pagi-an juga gak apa-apa kok syang, aku mau bolos aja hari ini.
Jam 11 siang gimana?” jawab Ivan.
“Oh, gitu juga gak apa-apa sih yank. Sampai ketemu nanti. I Love You”
“I Love You too” balas Ivan.
Jam 11 lebih 5 Ivan sampai di rumah Vina naik motor Vixion warna
putihnya. Gilaa keren banget. Ivan udah gak gendut lagi loh. Sekarang dia cakep
banget. Vina langsung menghampiri Ivan di depan.
”Hai van...” sapa Vina.
Vina Grogi banget loh. Meskipun tiap hari berhubungan via telfo tapi
untuk tatap muka kayak gini baru yang pertama kali. Sewaktu SMA Vina gak pernah
berani nyapa si Ivan, ia cuma liatin Ivan dari jauh doank, dan sekarang Ivan
bener-bener di depan matanya, jaraknya gak nyampe 1 meter. Waahhh bisa bayangin
gak sih senengnya Vina. Begitu juga dengan Ivan, Ivan yang dari awal emang gak
begitu kenal sama Vina. Sewaktu di sekolah Ivan memang sempat berkali-kali
papasan sama Vina, tapi ia gak begitu meduliin.
“Ternyata lebih cantik aslinya”
kata Ivan dalam hati.
”Heeii van,,hellooo kok bengong sih” tegur Vina sambil megang pundak
Ivan.
”Oh sory-sory... Aduh jadi salting kan akunya.” kata si Ivan malu.
”Masuk yuk van. orang rumah pada pergi semua, jadi santai aja ya..”
“Oh, iya sayang. Udah santai loh ini, hehehe...”
Ivan masuk ke rumah Vina. Mereka duduk di teras belakang rumah, ngobrol
banyak hal. Saat mereka lagi asik ngobrol, tiba-tiba Ivan mendekatkan wajahnya
ke wajah Vina. Vina kaget dan grogi banget bingung harus gimana.
”aduh kayaknya dia mau cium gue nih. Tuhan... gimana nih!! Gue kan gak
pernah ciuman” batin Vina dalam hati.
Suasana begitu mendukung, akhirnya satu kecupan dari Ivan mendarat mulus
di bibir Vina. Pernah sih Vina diajak ciuman sama Rian berkali-kali, tapi Vina
selalu nolak. Gak tau kenapa pas sama Ivan, Vina kayak gak ada keinginan
sedikitpun buat nolak. Perasaan yang campur aduk dirasakan sama Vina, nerves, kaget,
seneng, pokoknya jadi satu deh. Buat yang pernah ngrasain ciuman pertama pasti
tau rasanya. Ivan menatap Vina dalem banget. “Aku mau mati sama kamu suatu
saat” kata Ivan.
Vina kaget setengah mati dengernya, “kamu ngomong apa sih Van, kok jadi
bicarain kematian?”
“Aku serius Vin, aku mau mati tenang sama kamu suatu saat. Karena aku gak
bisa milikin kamu seutuhnya, aku pengen hidup sama kamu, aku pengen punya anak
dari kamu, aku pengen kamu buatin teh setiap hari, tapi itu semua gak mungkin..
kamu gak mungkin mau tinggalin Rian kan?” jelas Ivan.
“Van, aku pasti tinggalin dia. suatu saat aku bakal jadi milik kamu
seutuhnya.” Vina mencoba menenangkan hati Ivan.
“Kamu cuma bisa ngomong doank..,” sanggah si Ivan
“Van, kalaupun nantinya aku gak bisa menikah sama kamu, tapi bukan
berarti kamu kehilangan aku. Aku selalu ada buat kamu, kapan pun kamu butuh aku
Van.” kata Vina.
“Terus.., sampai menikah nanti juga harus selingkuh...? Aku gak kuat...
Aku cuma mau sama kamu, itu aja. Kalaupun aku gak bisa hidup sama kamu, ayok
kita mati sama-sama.” Kata Ivan.
Vina diem, dia gak tau harus bilang apa. Ivan kelihatannya terguncang
banget hatinya. Vina pegang tangan Ivan, “Aku mau mati sama kamu, apapun yang
kamu minta aku mau Van”. Vina memeluk Ivan kenceng banget, dia gak tau kenapa
bisa terucap kata-kata seperti itu dari mulutnya, yang ada di pikirannya saat
ini hanyalah Ivan. Dia sangat mencintai Ivan.
“Makasih sayang” kata Ivan lirih.
Semakin erat mereka berpelukan, gak terasa udah jam 5 sore. Ivan pamit pulang,
Vina mengantarnya sampai depan.
“Hati hati ya sayang, gak usah ngebut.” kata Vina sambil mengusap kepala
Ivan.
Ivan meraih tangan Vina di taruh di dadanya, “Kamu tau, hari ini aku
seneng banget. Sebenernya masih pengen disini terus sayang.” kata si Ivan.
“Aku juga sayang, besok-besok main ke sini lagi ya kalo pas kamu Libur!!”
kata Vina
“Diusahain honey ku. yaudah aku pulang dulu.” Ivan mengecup kening Vina.
Ivan naik ke motornya sambil terus menatap Vina. Kelihatan banget kalau
dia sangat mencintai Vina, begitupun sebaliknya. Dan kemudian keduanya
melambaikan tangan.
Hari berganti demi hari, Ivan dan Vina tetap menjain hubungan gelap
mereka. Bahkan Vina hampir setiap hari berantem sama Rian, pacar resmi Vina.
Sikap Vina jadi berubah sama Rian sejak kehadiran Ivan. Rian sering heran
dengan sikap Vina akhir-akhir ini.
“Sebenarnya Vina ini kenapa sih.. dulu dia sabar banget orangnya, sampai
gue selingkuh aja dimaafin sama dia. Kok sekarang jadi berubah gini sih, apa
jangan-jangan dia puya cowok lain. Ah, gak lah, gak mungkin. Vina kan gak
pernah pergi kemana-mana, kalaupun dia keluar itupun sama gue.” Gerutu Rian
dalam hati.
Rian gak terlalu peduli dengan perubahan sikap Vina, karena ia merasa
masih punya Dilla, cewek yang selama ini jadi selingkuhannya. Tapi sayang,
nasib Rian gak bagus-bagus amat, akhir tahun 2011 Rian putus sama Dilla karena
Dilla ketahuan selingkuh. Rian jadi sedih banget dan terpuruk, Vina yang pada
dasarnya memang gadis baik gak tega melihat Rian dengan kondisi seperti itu,
dengan sabar Vina menghibur Rian. Sampai akhirnya Rian sadar kalau cewek yang
selama ini ia cari ada di depannya.
Penyesalan yang teramat dalam dirasakan Rian, kenapa dia bisa begitu
bodohnya menyia-nyiakan cewek sebaik Vina hanya demi cewek kayak Dilla yang mau
sama uangnya Rian aja. Rian memeluk Vina erat, tapi perasaan Vina biasa aja.
Hambar, gak ada lagi perasaan cinta yang menggebu-gebu kayak dulu. Karena
perasaannya kini udah berpindah pada Ivan.
Semakin hari Rian semakin mencintai Vina, namun Vina semakin mencintai
Ivan. Tapi suatu ketika Ivan sempat berpikir bahwa ia lelah, ia lelah menunggu
cinta yang tak pasti kayak gini, meskipun ia tahu bahwa Vina sangat mencintai
dirinya, tapi cinta aja gak cukup. Ivan pengen diakui di depan semua orang,
kalau ia adalah pacar Vina sekarang.
Delapan bulan sudah Ivan dan Vina menjalin hubungan mereka. Sampai pada
akhirnya Ivan merasa benar-benar udah gak sanggup lagi. Ivan mulai cuek sama
Vina, mulai jarang ada waktu buat Vina, dan sering gak ada kabar. Vina sedih
banget dengan perubahan sikap Ivan. Ia kangen banget sama Ivan. Jam 1 malam
Vina menelfon Ivan.
“Halo Vin, kenapa belum bobok?” kata Ivan dari seberang sana.
“Yank, bisa ketemuan gak? Aku kangen banget sama kamu” kata Vina lirih.
“Aduhh, kalau waktu-waktu dekat aku sibuk. Tapi aku usahain deh cari
waktu buat kamu. Minggu depan aja gimana?” kata Ivan.
“Oh yaudah, gak papa. Mau ke rumahku atau ketemu dimana?”
“Di rumah kamu aja, biar aku kesana nanti. Sekarang kamu bobok ya. Udah
malem lho. Met bobok mami cantik.” Ivan menutup telfon Vina.
Ivan kemudian merebahkan tubuhnya di tempat tidur. “Asal kamu tahu Vin,
aku juga sangat-sangat merindukan kamu. Tapi aku harus belajar kuat tanpa kamu,
karena kamu gak akan pernah bisa aku miliki.” Gak terasa Ivan meneteskan air
mata. Ivan sangat merindukan Vina. Selama ini ia berusaha agar terlihat kuat di
depan semua orang. Tapi dalam hatinya Ivan menangis, pedih banget rasanya kalau
ingat cewek yang dicintainya gak bisa ia mliki.
Hari yang ditunggu pun tiba, jam 1 siang Ivan sampai di rumah Vina,
kebetulan orang rumah lagi gak ada semua. Ivan kelihatan begitu ganteng siang
itu. Vina langsung menyambutnya dengan pelukan hangat.
“Ohh Tuhan.. sumpah deh aku gak kuat. Pengen nagis rasanya.” Kata Ivan
dalam hati.
Vina langsung mengajak Ivan masuk ke rumah. Hari itu suasananya sedih
aja, meskipun keduanya mencoba mencairkan suasana, tapi tetep aja, hati mereka
gak bisa bohong. Gak sengaja Vina melihat foto Christy yang dijadikan wallpaper
oleh Ivan di hp-nya. Yah, Christy adalah teman mereka berdua sewaktu SMA. Vina
gak berani tanya-tanya ke Ivan, Vina juga gak berani ngatur-ngatur Ivan harus
jaga jarak dengan cewek lain, secara Ivan hanya dijadikan pacar kedua oleh
Vina.
Ivan memang sengaja menaruh foto Christy dalam hp-nya, berharap Vina akan
membenci dririnya dengan kejadian itu. Tapi, ketika Ivan pamit pulang, Vina
malah memeluk erat tubuh Ivan seakan mereka berdua tak akan bertemu lagi. Dalam
perjalanan pulang hati Ivan semakin kacau. Ivan meneteskan air mata sepanjang
perjalanan pulang. Dalam hati ia bertekad hubungan ini harus segera diakhiri.
Vina sendiri hatinya sangat hancur, mengingat foto Christy yang ada di hp Ivan.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Ivan dan Vina semakin renggang. Ivan
terus-menerus menguatkan hatinya bahwa ia mampu melewati sisa hidupnya tanpa
Vina. Ia merasa bahwa hidupnya yang tinggal beberapa waktu lagi tidak akan bisa
membuat Vina bahagia, karena penyakit kanker darah yang terus menggerogoti
tubuhnya beberapa tahun terahir ini. Apalagi ia hanya sebagai selingkuhan Vina
saja, gak lebih. Ia hanya harus berusaha mengembalikan hidupnya sama seperti
sebelum Vina hadir dalam hidupnya.
Vina sempat marah ke Ivan lewat sms gara-gara Ivan udah gak pernah lagi
ngasih kabar. “Jiwa yang tersiksa ini ingin mencari tempat baru, dan
melupakanmu!!” itulah balasan sms Ivan untuk Vina. Sakit banget hati Vina, ia
nangis sepanjang malam. Dan Ivan, ia duduk di kamarnya sambil merenung. Ia pun
sebenarnya gak siap kehilangan Vina, gadis yang sangat ia cintai.
Sepanjang malam mereka menangis, mengenang semua yang sudah terjadi di
antara mereka, saat sedih, bahagia, berantem, saat romantis, semua begitu indah
dan sulit untuk dilupakan. Tak lama kemudian hp Ivan berdering, ternyata sms
dari vina “Kamu dulu bilang pengen mati bareng sama aku. Tapi sekarang? Tapi
tak apa kok sayang, aku hargai keputusanmu. Maafkan aku yang selama ini terlalu
sering nyakitin hati kamu, terima kasih atas semua yang udah kamu kasih buat
aku. Semoga kamu bahagia.”
Ivan semakin sedih baca sms dari Vina, ia balas sms itu “Kamu masih inget
aja Vin, pengen sih ngajakin kamu mati bareng, tapi aku gak se-egois itu
sayang. Aku yakin kamu masih bisa senyum tanpa aku. Aku sayang banget sama
kamu. Terima kasih buat cinta tulusmu selama ini. Aku akan melanjutkan hidupku
tanpa kamu. Belajar hidup tanpa aku ya sayang.. Aku selalu berdo’a buat
kebahagiaan kamu. Maafkan aku.” Yah, itulah sms terakhir dari Ivan untuk Vina.
Keesokan harinya terdengar kabar sampai ke telinga Vina, bahwa Ivan telah
meninggal. Vina sontak tidak percaya dan shock mendengar berita itu. Tanpa
pikir panjang, ia langsung mencari alamat rumah Ivan untuk memastikan
kebenarannya. Dan ternyata tak ada yang salah dari kabar itu, Ivan benar-benar
telah meninggalkan Vina untuk selama-lamanya. Vina sangat sedih dan terpukul
atas kepergian Ivan. Tak berhenti-berhentinya ia menangis.
Selama ini Ivan memang mengidap penyakit kanker darah, ia sengaja
menyembunyikan penyakitnya itu dari Vina, takut Vina merasa sedih. Ia berusaha
terus tersenyum dihadapan Vina, seakan tiada beban berat yang sedang
dipikulnya. Bertahun-tahun Ivan berjuang melawan penyakitnya agar ia bisa
sembuh, namun Tuhan telah berkehendak lain.
Empat bulan sudah Ivan meninggalkan Vina untuk selama-lamanya. Vina masih
sangat terpukul atas semua ini. Tapi ia juga tidak mungkin terus-terusan
terpuruk seperti ini, karena hidupnya tidak hanya untuk menyesal dan menyesal.
“Ivan, dimanapun kamu dan sampai kapanpun, kamu tetap yang terindah buat aku.
Aku beruntung SEMPAT MEMILIKIMU.”
Vina kembali pada rutinitasnya sebelum ada Ivan, dan Rian berencana akan
melamarnya tahun depan. Semua terkesan berjalan begitu cepat. Terkadang apa
yang kita inginkan bukanlah yang kita butuhkan. Hanya Tuhan yang tahu apa yang
terbaik bagi hidup kita, belajar ikhlas dan bersyukur atas segala yang terjadi.